NASKAH DRAMA
Nama Pemain :
1.
Ayah Cindy : Syahrizal Asrori (5)
2.
Ibu Cindy : Qonita Ulfiatul M. (20)
3.
Cindy : Fitria Duwi Ratna (11)
4.
Silvi : Silvirian Nur
Hidayah (23)
5.
Mirna : Lailatul Ulfa M. (14)
6.
Leha, informan : Aprilia Candra Wardani (7)
7.
Jessica, penumpang : Hanifiah Zulkarnain (13)
8. Ibu asrama :
Nahdliatul Latifah (18)
Kelompok :
Satu
Kelas : XII IPA 1
Sekolah : MA Negeri 1 Jember
Karya : TIM FORCE ONE
Ilalang yang Berserakan
Semenjak
kecil Cindy besar di sebuah dusun
terpencil yang jauh dari keramaian. Setiap hari yang ia lihat adalah
hijaunya alam. Sejak kecil ia sudah terbiasa untuk membantu pekerjaan orang
tuanya dan hal ini selalu ia jalani dengan hati ikhlas. Kehidupan ini terus
Cindy jalani sampai usianya mencapai belasan tahun. Berbagai peristiwa di
kampung telah membentuk karakternya menjadi orang yang lemah lembut, pemaaf,
dan diwarnai
cinta dari
banyak manusia. Namun, semua itu seolah berlalu tanpa bekas. Saat bapak mengajak
mereka pindah rumah ke kota lalu tidak lama kemudian menjadi orang yang mapan.
Siang
hari sepulang sekolah:
Cindy : (duduk termenung sambil
mengisap sebatang rokok) Hari ini aku dihukum lagi, di rumah bosan, di
sekolah bete’. Ah.... sial banget
sih hari ini.
Ibu
Cindy :
Astagfirullah. Kenapa kamu merokok, Nak? Kamu perempuan, tidak sepantasnya kamu
berbuat seperti ini.
Cindy
: Aku stress, Buk!
Ibu
Cindy : Siapa yang mengajari kamu merokok?
Cindy
: Temen.
Tiba-tiba salah seorang perempuan
datang lalu Ibu Cindy menemuinya.
Petugas
: Selamat siang, permisi!
Ibu
Cindy : Siang! Anda mencari siapa ya?
Petugas
: Apa benar ini rumah Cindy Damayanti?
Ibu
Cindy : Iya. Ada perlu apa?
Petugas
: Ini ada surat untuk Ibu.
Ibu
Cindy : Apa ada masalah dengan anak
saya?
Petugas
: Saya tidak tahu. Di sini saya
hanya pengantar surat. Silahkan Ibu baca sendiri. Tolong tanda tangan di sini!
Ibu
Cindy : Baiklah, terima kasih.
Petugas
: Saya permisi dulu.
Ibu
Cindy : Astagfirullah Cindy, sudah
satu minggu kamu tidak belajar? (kaget)
Ayah
Cindy : (datang dalam keadaan mabuk)
Ibu
Cindy : Bapak mabuk? Ibu mau bicara,
Pak!
Ayah
Cindy : Tidak kok. (sempoyongan)
Ibu
Cindy : Ibu mau bicara, Pak!
Ayah
Cindy : Ada masalah apa? Apa masih kurang uang
yang bapak beri?
Ibu
Cindy
: Ini bukan masalah uang pak, ini masalah Cindy!
Ayah Cindy : Kenapa lagi dia?
Ibu
Cindy : Cindy sudah satu minggu
tidak masuk sekolah. Kita harus berbuat sesuatu, Pak!
Ayah
Cindy : Itu urusanmu! Aku nggak
peduli.
Ibu
Cindy :
Itu anak Bapak juga! Darah daging Bapak! (menangis)
Ayah
Cindy : Bukan! Aku nggak punya anak seperti
dia! (menunjuk ke arah Cindy)
Cindy
: Hentikan! (marah lalu masuk kamar)
Ibu
Cindy :
Cindy, keluarlah ibu mau
bicara denganmu. Cindy... Cindy... Anak Ibu.
Tak peduli dengan suara
ibunya,
Cindy tetap di
dalam
kamar dengan pintu yang masih tertutup. Kring… Kringg… Handphone Silvi berdering.
Silvi : Hallo, apa Cin?
Cindy : Gue suntuk banget nih, bisa keluar gak?
Silvi : Bisa kok.
Cindy : Ketemu di tempat biasa ya.
Silvi
: Ok.
Sore harinya Cindy keluar bersama Silvi.
Mereka pergi ke sebuah
mall.
Silvi
: Eh liat baju yang ini deh? Keren gak?
Cindy
: Heemm..
Silvi
: Ini limited edition. Gue udah beli kemaren, lo
gak mau beli juga?
Cindy
: Ih murah banget (padahal
harganya
sangat mahal) gue mah bisa
beli sepuluh kalo kaya gini!
Silvi
:
Kalo yang ini bisa gak lo?
Cindy
: Apalagi ini, gue bisa beli seratus
kalo gue mau!.
Silvi
: Kalo gitu ayo cari yang lain aja.
Cindy
: Ayo! Ini bagus gak Sil?
Silvi
: Ih, rendah banget sih style lo?
Cindy
: Kalo yang ini?
Silvi : Norak ah warnanya, yang lain aja.
Cindy
: Terus yang mana dong?
Silvi
: Ini nih, barangnya mahal tapi berkualitas.
Cindy
: Iya, iya bener. Gue mau beli yang ini! Yang
ini juga. (menunjuk baju)
Silvi
: Ini juga Cin...
Cindy : Heem, keren banget sih... Gue
beli yang ini juga deh.
Silvi
: Ya udah, yuk kita ke kasir!
Cindy
: Iya, duh rempong banget sih!
Berapa Mbak?
Kasir
: Totalnya tiga
juta seratus dua puluh ribu rupiah Mbak.
Cindy : Pakai ATM ya.
Kasir : Iya, silahkan. Terima kasih.
Silvi
: Gue laper Cin, makan yuk..
Cindy : Ayo, dimana?
Silvi : Ada restoran baru, lo harus coba lo harus coba!
Cindy
: Okay okay, lo tau kan tempatnya?.
Silvi
: Pasti dong. Eh lo yang traktir kan?
Cindy
: Iya.. Tenang aja deh!
Setelah belanja mereka pergi restoran.
Mereka menghabiskan waktunya hingga larut malam. Sesampainya di rumah, tak
disangka di depan pintu ada ayahnya.
Ayah
Cindy
: Dari mana saja kamu?
Cindy
: Hhh… (tidak peduli apa yang Ayah
Cindy katakan, ia langsung pergi menuju kamarnya)
Ayah Cindy : Kenapa kamu tidak menjawab Cindy?
Cindy : Untuk apa ? Gak penting!! (berhenti di depan
pintu)
Ayah Cindy :
Berani kamu sama Ayah?!
Cindy :
Memang lo ayah gue?
Ayah Cindy
: Jaga ucapanmu! (sambil
menuding)
Dapat uang dari mana kamu?
Cindy : Sudah deh ah, gue capek... Tau nggak sih?
Ayah Cindy :
Berapa uang yang sudah kamu habiskan?
Cindy :
Cuma tiga juta kok, sedikit kan?
Ayah Cindy :
Itu uang, bukan daun! Enak saja kamu menghabiskan begitu saja!
Cindy : Memang selama ini lo gak pernah ngehabisin uang
segitu buat beli minuman? Hah? (nada keras)
Ibu Cindy
: Sudah berhenti! Jangan teriak-teriak, ini sudah malam! Malu didengar
tetangga.. Ayo masuk! Bapak harus berkaca! Siapa yang sebenarnya foya-foya
selama ini!
Ayah Cindy
: Tutup mulut ibu! Ibu gak punya hak bicara seperti itu. Dasar istri gak becus. (sambil mata melotot
dan mengayunkan telunjuk di depan mata istrinya)
Ibu Cindy : Sampai kapan Bapak mau seperti ini? Apa Bapak tidak kasihan
kepada Cindy?
Ayah Cindy : Buat apa kasihan sama anak yang gak tahu diuntung
kayak itu! Bisanya cuma ngabisin uang saja!
Ibu Cindy
: Cukup pak! Apa Bapak tidak sadar siapa yang selama ini menghabiskan uang? Tiap hari depkolektor datang menagih semua hutang
bapak!
Terlalu muak mendengar
pertengkaran orang tuanya. Cindy mengabaikan mereka. Esok
harinya Silvi
datang ke rumah Cindy. Tanpa permisi, ia langsung masuk ke dalam rumah dan
mencari-cari Cindy.
Silvi : Cin.. Cin.. Lo dimana sih?
Ibu Cindy : (tiba-tiba
keluar kamar dengan ekspresi wajah sedikit kesal) Nak, nak.. sebentar, kamu ini siapa? Kesini ada
perlu apa?
Silvi : Oh jadi lo nyokapnya Cindy? Aku Silvi, teman anak kesayangan Ibu, Cindy. Aku cari Cindy,
mana dia sekarang? (dengan
bahasa tubuh dan nada yang tidak sopan)
Ibu Cindy : Oh jadi kamu temannya Cindy. Cindy sedang mandi,
sebentar lagi selesai. Duduk dulu.
Silvi
: Oh iya buk, sekalian ya bikinin aku teh tapi jangan terlalu manis, gulanya
dikit aja ya buk, terus gelasnya harus bersih!.
Ibu Cindy : Iya, tunggu sebentar. (berjalan sambil
mengomel di dalam hati)
Silvi : Aduh Ibu lama banget sih? Panas nih! Kamu bikin
teh dimana sih buk? Lelet
banget deh ah?
Ibu Cindy : Iya sebentar. (sambil mempercepat pekerjaannya)
Cindy : Aduh lo tuh rame banget sih!
Silvi : Iya tuh nyokap lo lama banget bikin minuman.
Rumah lo panas banget sih Cin gak ada AC apa ya?
Cindy : Belum, nanti gue pasang deh.
Silvi : Kita jadi pergi kan?
Cindy : Lo bawel banget sih! Ya jadilah!!
Mereka
berencana pergi ke sebuah klub tanpa pamit kepada Ibu Cindy.
Ibu Cindy : Nak, ini tehnya.. Loh, dimana dia? Cin, Cindy... Dimana kamu nak?
Ya
Allah ternyata mereka sudah pergi. (mencari-cari
di seluruh sudut rumah)
#####
Silvi : Cin, lo belum pernah kan kesini?
Cindy :
Tempat apa ini Sil?
Silvi :
Ini namanya klub, ayo kita masuk.
Cindy :
Gue takut...
Silvi :
Kan ada gue, ngapain takut sih? Gue tunjukin semua ‘wahana’ yang ada di sana. (sambil menarik tangan
Cindy untuk segera masuk ke dalam klub)
Musik disco menyala dengan sangat
kencangnya. Semua orang yang ada di dalamnya begitu menikmati.
Silvi :
Ada masalah apa Cin, kok lo kelihatan murung dari tadi?
Cindy :
Orang tua gue, mereka sering bertengkar.
Silvi : Emang kenapa mereka?
Cindy
: Rasanya gue gak kenal
dengan keluarga gue sekarang. Semenjak di kota semuanya berubah.
Silvi
: Udah lah Cin, kayak
gitu mah udah biasa! Udah lah lo lupain semuanya, ayo kita seneng-seneng! Lo
belum nyoba ini kan?
Cindy
: Nggak ah, gue gak mau!
Silvi
: Coba dulu Cin, segelas
aja.. Gue jamin semua masalah
lo
bakal hilang ! (sambil
memegang segelas bir dengan kadar alkohol 40%)
Cindy :
Lo yakin? Ini aman gak?
Silvi :
Gue yakin seratus
persen! Ini coba aja!
Cindy
: Gue gak bakal mati kan?
Silvi
: Hahaha, kagak lah! Nih
lihat gue minum ya? Gak apa-apa kan? Sekarang giliran lo!
Cindy :
Gue cobain ya? (sambil memegang botol
lalu meminumnya)
Silvi : Gimana? Enak kan?
Cindy
: (mengangguk-angguk)
Mereka menghabiskan malam di klub. Lalu
datang seorang laki-laki yang bermaksud menggoda Cindy.
Cindy
: Ih apa sih? Siapa kamu? (risih)
Silvi
: Hai cogan...
Mereka tak sadarkan diri hingga pagi
datang. Namun Cindy tiba-tiba terbangun.
Cindy :
Jam
berapa ini? Gue dimana ?
Apa? Jam sepuluh pagi? Sil bangun!
Silvi :
Uuhhh…Apa sih?
Cindy
: Udah pagi nih! Ayo kita
pulang!
Silvi
: Gue masih pusing!
Cindy :
Ayo cepet bangun.....
Silvi :
Apa! Sudah pagi ? (kaget)
Cindy :
Iya!
Mati gue! (sambil menarik tangan Silvi
lalu masuk ke dalam mobil)
Silvi
: Udah! Gue berhenti sini
aja!
Cindy
: Yakin lo?
Silvi
: Iya. Bye...
Di
dalam perjalanan, Cindy memikirkan apa yang telah ia perbuat semalam...
Cindy
: Apa yang udah gue lakuin?
Kenapa semua terjadi begitu cepet? (teringat
masa kecilnya di desa)
Dulu gue gak kayak gini, hidup gue tenteram,
tenang. Sekarang apa?
Yang gue rasakan justru sebaliknya, gelisah,
bingung, benci, marah, sedih!
Semuanya kejelekan! Hidup gue hancur! (marah
kepada diri sendiri)
Cindy berjalan
menuju rumahnya sambil terhuyung-huyung
karena kepalanya sangat berat. Dia
mempercepat langkahnya agar dia dapat langsung merebahkan diri di atas tempat
tidur. Setelah sampai di depan rumahnya, ia
bersembunyi di balik tembok.
Ibu Cindy :
Ini
semua salah Bapak!
Ayah Cindy : Jaga mulut ibu! Ibu
aja yang tidak becus menjaga anak!
Ibu Cindy : Menjaga
anak itu kewajiban orang tua. Bukan Ibu saja!
Ayah
Cindy : Tapi aku kerja! Kan kamu yang
ada di rumah! Seharusnya kamu yang ngurus! Dasar istri kurang ajar!
Ibu
Cindy : Sekarang aku tanya siapa
yang sering mabuk-mabukan sampai pulang larut malam?
Ayah
Cindy : Aku sudah bilang, aku pulang
pagi karena lembur kerja!
Ibu
Cindy : Bohong! Bapak harusnya tau
diri!
Ayah
Cindy : Seharusnya kamu hormat kepada suami bukan malah menyalah-nyalahkan
suami seperti ini!
Ibu Cindy : Rasa
hormatku telah hilang karena Bapak!
Ayah
Cindy : Sudah! Sudah! Aku muak
dengan omelanmu tiap hari! Lebih baik kita cerai!
Ibu
Cindy : Baiklah! Aku sudah tidak
kuat dengan kelakuan kamu!
Ayah
Cindy : Masih banyak wanita di luar
sana yang lebih cantik dari kamu!
Mendengar pembicaran itu, ia kaget dan tidak tahu harus berbuat apa. Dia pergi dari
rumah dengan perasaan hancur. Dia
berjalan menjauhi rumahnya dengan langkah dan hati
yang berat.
Cindy : Aku benci
kalian! Ini semua karena kalian! Gara-gara
Bapak! Gak seharusnya kita pindah ke kota kalau akhirnya begini! Aku tidak
ingin melihat wajah kalin lagi!
Ya Tuhan! Hidupku hancur. Harus bagaimana
aku saat ini?Aku tidak sanggup menerima kenyataan ini. Terlalu sakit untuk aku
jalani sendiri!
Ia
mengemudikan mobilnya kemudian pergi ke stasiun. Karena hanya tempat itulah
yang ia kenang bersama kelluarganya. Ia berdiri bersama dengan calon penumpang kereta lainnya dan masuk ke
gerbong ketiga.
Beberapa lama setelah ia tertidur, kereta sampai di
tempat pemberhentiaannya dan seluruh penumpang berdesakan
agar dapat segera turun dari kereta.
Penumpang
: Bruuk. Maaf Mbak! Saya gak sengaja!
Cindy
: Hah? Iya iya gak
apa-apa. (terbangun)
Informan :Di sini stasiun Surabaya Pasar Turi. Bagi penumpang yang
bertujuan Surabaya, periksalah barang
barang bawaan anda. Terima
kasih
Seorang anak perempuan tampak bingung. Sementara tukang semir
masih saja di situ sambil menghitung uangnya. Anak perempuan itu duduk
di bangku yang sudah tersedia! Setelah agak lama….
Mirna
: Hai kenapa diam saja? Stasiun
sedang sepi kereta api pun sudah tidur besok pagi berangkat lagi
Cindy
: (terdiam)
Mirna
: Pulanglah! Sudah tidak ada teman lagi.
Cindy : Hah?
Mirna
: (sambil
mendekat) Namamu
siapa? Asalmu dari mana? Namaku Mirna penyemir sepatu. Namamu siapa?
Sindi
: (masih
diam dengan heran)
Mirna
: Jika kamu diam saja itu
tandanya kamu merasa enggan berteman denganku. Kalau begitu aku minta maaf
telah mengganggumu. Aku pergi dulu.
Cindy : Mirna ??
Mirna : (Mirna menghentikan
langkahnya, menoleh menatap Cindy
dengan rasa iba)
Cindy
: Namaku Cindy
aku dari Semarang.
Mirna
: (kembali duduk di samping Cindy)
Lalu kau akan kemana?
Cindy
: Aku baru tau kalau ini Stasiun Surabaya dan aku sekarang tidak tau kemana aku
harus pergi, aku bingung.
Mirna
: Jadi kamu minggat? Kita
harus lapor polisi agar kamu bisa kembali ke rumah.
Cindy
:
Jangan! Aku tidak
minggat, tapi…
Mirna
: Tapi apa ? Kalau kamu mau
ceritalah!
Cindy
: (berpikir lama sekali)
Aku tidak lagi nyaman di rumah.
Mirna
: Lalu pergi dari rumah?
Cindy
: Ya, waktu di stasiun terbawa oleh kereta api tadi.
Mirna
: Itu namanya minggat, Cindy!
Cindy
: Tidak, aku kan tidak sengaja pergi.
Mirna
: Kalau begitu ayo kuantar pulang.
Cindy
:
Tidak, toh orang tuaku
tidak peduli padaku! Aku tidak mau kembali ke rumah!
Mirna
: Bagaimana kalau kamu sekarang ikut aku saja.
Cindy
: Kemana?
Mirna
: Ke asramaku.
Sesampai
di asrama ia bertemu dengan teman-teman Mirna yang sudah tinggal bertahu-tahun.
Mirna :
Bagaimana keadaan
asramaku? Lumayan kan?
Cindy :
Iya tidak terlalu buruk.
Mirna :
Lumayan kalau hanya buat
tidur.
Cindy :
Hm… Aku boleh nggk
tinggal di sini?
Mirna
: Entahlah... Semoga Ibu asrama
mau menerimamu.
Cindy
: Siapa dia?
Mirna
: Dia yang menjaga, memasak,
dan mengurus asrama ini. Aku menganggapnya seperti ibuku sendiri.
Cindy
: Memang ke mana ibumu?
Mirna
: Aku tidak tahu di mana dia.
Entah kenapa aku bisa sampai di tempat ini.
Cindy
: Maaf, aku tidak tahu.
Mirna
: Tidak apa-apa. (tersenyum
kecil)
Salah
seorang teman Mirna datang ketika Cindy
berada di dalam kamar mandi.
Leha :
Siapa dia ?
Mirna :
Cindy, dia tersesat.
Leha :
Kamu ketemu dia dimana?
Mirna :
Di stasiun tempat biasa aku bekerja.
Leha :
Dia dari mana?
Mirna :
Semarang.
Leha :
Kok dia bisa sampai disni?
Kan jauh sekali Semarang ke Surabaya?
Mirna :
Entahlah. Aku tidak tahu.
Leha :
Kok orang tuanya tidak mencarinya sih?
Mirna :
Dimlah! Jangan bertanya terus! Aku capek
Leha
: Oh, begitu…. Iya.
Ibu
asrama datang dan melihat
Cindy dengan ekspresi keheranan karena jarang ada orang asing masuk ke dalam
asrama ini.
Ibu
asrama :
Mirna siapa dia ? Kok
kamu ngajak temenmu ke sini gak bilang ibu?
Mirna :
Maaf Bu, saya merasa kasihan dengan dia.
Dia terlantar di stasiun.
Izinkan dia tinggal disini ya Bu?
Ibu
asrama : Hidup ini gak ada yang gratis.
Dia boleh tinggal di sini, tapi dengan 1 syarat.
Cindy : Apa itu Bu?
Ibu
asrama : Kamu harus bekerja.
Mirna
: Bagaimana Cin? Kamu setuju?
Cindy : Iya sudah gak apa-apa.
Ibu
asrama : Baiklah. Mulai besok kamu
bekerja seperti Mirna, menyemir sepatu di Halte.
Cindy : Iya Bu, terima kasih.
#####
Mirna
: Salat yuk?
Cindy
: Apa? Salat?
Mirna
: Iya, ini kan waktunya salat
Magrib.
Cindy
: Sudah lama aku tidak salat. (berkata
pelan)
Mirna
: Apa? Aku tidak dengar.
Cindy
: Oh, tidak apa-apa.
Mirna
: Ya sudah ayo, nanti keburu
habis waktunya.
Cindy
: Iya (terpaksa)
Di
dalam surau, terlihat Leha dan Jessica yang telah duduk di barisan paling
belakang.
Jessica : Iiih siapa itu?Anak baru? (berbisik
kepada Leha)
Leha
: Dia temannya Mirna. Dia
datang dari semarang.
Mirna : Assalamu’alaikum, kenalin ini
teman baru kita namanya
Cindy.
Leha : Hai Cindy, kenalin namaku Leha.
Cindy :
Aku Cindy.
Leha
: Hei Jessica, ayo kenalkan
namamu.
Jessica
: Apa sih? Males banget kenalan
sama orang baru! Sok cantik lagi. Bisa-bisa aku tersaingi.
Leha
: Huus! Kamu gak boleh bicara
seperti itu.
Mirna
: Ini Jessica Cin.
Cindy
: Aku Cindy, Jessica.
Jessica
: Sembarangan aja, panggil aku
Kak Jessica! Enak saja!
Mirna
: Apa sih kamu Jes, minta
dipanggil kakak segala. Udah Cin, jangan dengar perkataan dia. Dia agak
sinting! (tertawa pelan)
Jessica
: Oh dasar Mirna jelek!
Mirna
: Kamu tuh! Dasar belagu!
Leha
: Eh, udah udah! Di dalam
surau kok malah bertengkar sih. Nanti berantemnya di luar aja.
Cindy
: Betapa tenangnya hatiku saat
dibacakan nama-nama-Mu Yang Agung. Tak ku sangka bisa merasakan teduhnya hidup
setelah sekian lama. Maafkan dosaku Ya Allah...
Setelah salat mereka membersihkan surau.
Ketika Cindy menyapu lantai Jessica
mulai melakukan aksi konyolnya.
Jessica :
Brukk... Upps, maaf aku gak
sengaja. Yaa, airnya tumpah deh. (tersenyum sinis)
Cindy : Iya tidak apa apa. Kita bersihkan bareng
aja ya?
Jessica :
Enak aja, aku disini senior
sedangkan kamu masih junior. Seharusnya kamu dong yang bersihkan! Ini serbet, kamu
bereskan sendiri yaa. Aku mau kembali ke asrama. Aku capek seharian cari duit. Oh ya,
sekalian juga kamu selesaikan pekerjaanku ya.
Cindy : Baiklah.
(menangis)
Mirna : Kamu kenapa menagis? Loh bukannya ngepel
itu tugas Jessica
? Ke mana dia?
Cindy : Tidak apa apa. Jessica kembali ke
asrama, katanya dia mau istirahat.
Mirna : Kamu disini baru, lebih baik
sekarang kamu kembali ke asrama. Biar aku sama Leha
yang beresin ini semua. Lagian kamu habis perjalanan jauh juga kan. Tentunya
butuh istirahat.
Cindy :
Makasih yaa Mirna, Leha. (kembali ke asrama)
Leha
: Iya sama-sama Cin. Lagian
aku udah biasa kok.
Cindy : Maaf ya, aku merepotkan kalian
semua.
Mirna
: Sudahlah, tidak apa-apa kok.
Jessica berbaring di
salah satu kamar asrama, kemudian ibu asrama mengunjungi kamar itu. Tok tok tok..
Jessica :
Iya masuk aja siapa??
Ibu
asrama : Ini ibu!!
Jessica : Oh
baik
buu. (terburu-buru membuka pintu)
Ibu
asrama :
Ranjang kamu kan yang
paling besar di sini. Kamu juga sendiri tidurnya. Jadi ibu putuskan Cindy mulai nanti malam
tidur sama kamu.
Jessica : Tapi bu??
Ibu
asrama : Gak usah tapi-tapian. Turuti
saja!
Jessica : Masak saya harus tidur sama anak
baru itu.
Ibu
asrama : Memang kenapa? Apa ada
masalah?
Jessica
: Oh tidak, bagaimana kalau anak
itu sama Mirna saja. Sepertinya Mirna lebih menerima kedatangan anak itu.
Ibu
asrama : Panggil dia Cindy!
Jessica : Iya maksud saya Cindy yang gak asik
itu.
Ibu
asrama :
Kamu sama Cindy itu senasib.
Bahkan bisa saja
nasib Cindy lebih baik dari
kamu. Kamu gak boleh sombong, terima kedatangan dia dengan baik.
Jessica :
Iya Bu iya, saya mau
tidur sama Cindy
yang cantik itu. Tapi ada satu syarat?
Ibu
asrama :
Syarat? Untuk apa syarat? Disini kamu bukan siapa-siapa kamu sama saja
seperti mereka. Ibu yang berhak menentukan semuanya!
Jessica : Iyaa
bu. Saya minta maaf kalau saya salah.
Ibu asrama :
Bagus kalau begitu. Ya sudah Ibu
tinggal dulu. Ibu mau menyiapkan makan malam.
Jessica :
Iya Bu.
Cindy tiba di asrama dan masuk ke ruang depan
yang biasa dijadikan tempat berkumpulnya anak asrama.
Ibu
asrama
: Cindy? Apa
ada kamu di sana? (berteriak)
Cindy
: Saya disini bu.
Ibu
asrama
: Mulai nanti malam kamu bisa tinggal disini dan kamu bisa tidur dengan Jessica, Ibu sudah bicara dengan dia.
Cindy
: Baik bu. (Cindy menerima
tawaran ibu asrama dengan pasrah)
Ibu
asrama
: Jessica.. Sini!
Jessica
: Iyaa bu? Ada apa?
Ibu
asrama
: Ini Cindy sudah datang ajak
dia ke kamar!
Jessica
: Baik bu..
Ayo Cin kita ke kamarku, eh maksudnya
kamar kita.
Cindy :
Iya Jes.
Jessica dan Cindy berjalan menuju kamar.
Cindy diam saja, ia tidak berani bercakap apa pun dengan Jessica setelah apa yang Jessica lakukan
padanya.
Jessica :
Kenapa kau diam saja?
Cindy : Tidak apa-apa.
Jessica : Ibu asrama memintaku agar kamu tidur
seranjang. Sebenarnya sih oogah banget aku tidur sama kamu.
Cindy :
(mengangguk)
Jessica :
Kenapa diam? Kamu gak
asyik banget sih.
Cindy
: Tidak apa-apa.
Jessica : Kenapa? Takut? Mau jadi pengecut?
Jangan brani rani kamu ngadu ke ibu asrama ya. Hilangkan wajah sedimu itu. Tetap di kamar.
Akhirnya
makan malam pun tiba.
Ibu
asrama: Anak-anak ....... Makan malam sudah siap.
Anak
Asrama : Iya bu.
Ibu
asrama : Ayo nak cepat. Hari ini Ibu menyiapkan makanan enak untuk kalian.
Ibuk asrama : cindy mana??
Mirna :
kurang tau bu.
Ibu
asrama : Jess? Bukannya terakhir
cindy bersamamu? Mana dia seharusnya kamu ajak dia makan malam.
Jessica : aku tadi ke kamar mandi bu. Trus
langsung kesini.gak kekamar dulu. Mungkin dia tidur atau memang sengaja gak mau
makan bareng kita.
Ibu
asrama : sudah jangan zuudhon. Sana
cepet ke kamar. Ajak dia makan.
Jessica : saja bu?
Ibu
asrama : iyalah siapa lagi!
Jessica
: baik bu.
Ibuk
asrama : ayaok yang lain dimuali
makannya.
Jessikake
kamar(……………)
Jessica : eh cin?? Kamu gak denger ya ibu
asrama panggil kita semua buat makan malam?
Cindy : denger kok.
Jessica
: terus kenapa kamu masih
dikamar? Aku kan jadinya yang kenak, aku harus kembali kekamar,! Seharusnya aku
sudah makan bareng mereka.
Cindy : Loh katamu tadi aku harus tetep
kamar. Ya udah aku gak keluar jes.
Jessica : Kamu itu gak cerdas banget seh.
Kalok ibu asrama yang panggil kamu kamu harus ke luar.
Cindy : tapii kan..
Jessica : tapi apa masih mau nyolot? Udah
gak usah banyak omong! Ayok keluar. Aku lapper!!
Cindy : iya jess, maaf!
(…….)
Ibuk
asrama : kenapa kamu baru kesini. Tadi gak denger ibuk panggil ya? Tidur?
Cindy : tidak bu. Saya denger, tapii..
Jessica : eee.. tadi dia masih beresin
bsrsngnya bu. Dia kan tadi langsung ke musolla.
Cindy : ee iya bu.
Ibu
asrama : iya sudah cindy makan ya,
lauknya seadanya.
Cindy : baik bu.
(…)
Jessica
: aku kemar dulu.
Jessica
kemabali ke kamar. ………
Jessica
: kira kira apa ya yang harus
aku lakuin? Biar dia gak betah tidur
sama aku?
Ahaa, kecoak!!
Jessica
mulai melakukan aksi usilnya, mencari kecoak, kemudian kecoak itu ia taruh di
balik selimutnya.. Kemudian Jessica bergegas berbaring dengan tujuan ia bebas
dari tuduhan.
Di
meja makan
Mirna : cin.. kalok makannya udah kamu
langsunng ke kamar aja istirahat, biar aku yang cuciin piring kamu.
Cindy : biar aku saja mir,
Mirna : untuk mala mini biar aku saja. Besok dan seterusnya
kamu.
Cindy : iya mirr. Maksih banyak ya, aku
juga capek ini abis perjalanan jauh.
Cindy
bergegas menuju kamar yang sudah ibu asrama tentukan.
Cindy : Wah ternyata Jessica sudah
tidur. Mungkin dia capek banget seharian kerja.
(cindy
nyelimutin jes)
Kemudian ia berbaring di sebelah Jessica. Tak
lama kemudian cindy merasa aneh. “sepertinya ada sesuatu dibalik selimutku”
pikirnya dalam hati.
Ahhhhhhhhh, kecoaaaaakkkk.. terian
cindy.
Jessica dan terbangun,
Jessica : Ada apa cin?? Kamu ini bikin orang terbangun
saja. Kamu gak tau apa akuk capek
banget.
Cindy : maaf
jess, ada kecoan di balik selimutku.
Jessica : Mana?? Kamu mimpi ya? Atau memang sengaja?
Teriak di sebelah telingaku?
(Ibuk
asrama datang)
Ibuk
asrama : ada apa ini malem malem
teriak teriak!!
(anak
asrama yang lain masuk ke kamar jg)
Jessica : ini bu cindy teriak di sebelah telingaku.
Mungkin dia sengaja biar aku bangun. Mungkin dia mau balas dendam aku tadi asrama gak sengaja
nyenggol ember pas dia ngepel.
Cindy
: tidak bu. Tadi asa kecoak di selimut
saya.
Jessica : manaa?? Gak ada gitu!
Ibuk
asrama : sudah sudah! Kembali ke kamar
semuanya! Sudah malam ini.
Keesokan harinya semua anak pergi
bekerja.
Leha : Koran...... Koran....
Jessica : Leha, koran kamu sudah laku
berapa?
Leha :
Ini baru laku 10 Jes. Kamu udah dapat
uang berapa?
Jessica :
Daganganku masih belum laku nih Ha. Baru dapet uang sedikit.
Leha :
Ya sudah ayo kita kerja
lagi biar dapat uang banyak.
Jessica :
Okay. Eh Cindy mana?
Leha :
Itu di halte. Dia cepat
menyesuaikan diri, tuh lihat dia sudah punya pelanggan.
Setelah dua bulan berlalu, Leha kembali
menjual koran dan mendekati posisi Cindy berharap akan mendapat pelanggan seperti Cindy.
Leha :
Koran… Koran… Koran Koran... Koran Bu, koran Pak,
berita terbaru. Suami
bunuh istri. Kematiannya tragis.
Cindy
: Di mana kejadiannya Ha?
Leha
: Aku sih gak pernah
baca-baca isinya selama ini Cin. Tinggal lihat judulnya aja terus aku tawarin
deh ke orang-orang.
Cindy
: Hahaha, kamu lucu ya Ha!
Penjual koran kok gak tau berita yang sedang terjadi.
Leha
: Males banget buat baca
Cin.
Cindy
: Sini coba aku lihat!
Apa? (menjatuhkan koran yang ia pinjam
lalu menangis).
Leha
: Kenapa Cin?
Cindy
: Berita yang di dalam koran
itu orang tuaku. (menangis terisak-isak)
Leha
: Benarkah?
Cindy
: (mengangguk sambil
menangis lalu pergi)
Leha : Mau ke mana Cin?
Cindy : Ke asrama.. Aku harus pulang.
Leha : Pekerjaanmu kan belum selesai.
Cindy tak menghiraukan perkataan Leha. Kemudian
ia sampai di asrama dan mengepak barang bawaannya.
Ibu
asrama :
Ada apa Cin? Mau ke mana? Kok bawa tas segala?
Cindy :
Maaf bu, saya harus pulang! (sambil membereskan barang-barangnya)
Ibu
Asrama :
Kamu mau pergi?
Cindy : Iya! (bergegas peergi)
Ibu
Asrama : Kenapa kamu menangis, Nak?
Cindy : Maaf Bu, saya harus pulang
menjenguk Ibu saya.
Ibu
Asrama : Ia sakit?
Cindy : Tidak! Saya pamit, Bu. Terima
kasih telah menerima kehadiran saya di sini.
Ibu
asrama
: Ya sudah hati-hati. Kami semua merindukanmu dan senang ada kamu di sini.
Cindy
: Assalamu’alaikum
Ibu
Asrama
: Wa’alaikum salam
Cindy menaiki kereta api dengan wajah
yang lesuh dan penuh dengan perasaan bersalah. Ia ingat segala perlakuannya
kepada ibunya. Sesampainya
di rumah ia melihat bendera kematian.
Cindy
: Ibu, jangan tinggalkan
Cindy. Maafkan Cindy, Bu, maaf. Cindy salah. Cindy sadar, Cindy gak pernah
pedulikan ibu. (menangis)
Silvi
: Cindy... Sabarkan hatimu
ya. Ibumu menitipkan ini padaku.
Cindy
: Ibu................. (histeris
setelah membaca surat)
Sil, antarkan aku ke makam ibuku.
Silvi
: Ayo...
Cindy
: Ibu... banyak kesalahan yang
udah Cindy perbuat. Cindy gak mendengarkan perkataan Ibu. Cindy anak durhaka!
Cindy gak peduli sama Ibu! Cindy bodoh! Cindy menyesal... Jangan tinggalkan
Cindy sendiri, Bu... (menangis tersedu-sedu sambil memegang batu nisan).
Silvi : Semua ini takdir Allah, kamu
harus terima dengan hati yang ikhlas. Ibumu memikirkanmu selama ini. Dia
khawatir dengan keadaanmu. Dia sayang sekali kepadamu Cin.
Cindy
: Ya Allah.... Ampuni dosa
ibuku, lapangkanlah kuburnya. Aku sayang dia Ya Allah, sayangilah ia seperti ia
menyayangiku dari kecil. (menengadahkan tangan)
Kenapa
ibu sampai dibunuh ayah, Sil ? (terbata-bata)
Silvi : Saat ibumu pulang ke rumah,
ayahmu datang bersama seorang gadis. Mereka bermesraan di rumah. Ayah dan ibumu bertengkar
hebat. Ibumu mencari keberadaanmu selama ini sedangkan ayahmu tak pernah
peduli. Mungkin karena kesadaran ayahmu telah hilang, ia menusuk ibumu dengan pisau.
Sabar ya Cin. Anggap ini cobaan dari Allah SWT. Aku juga minta maaf jika selama ini tidak menjadi teman yang baik
untukmu. Karena aku, kamu jadi begini.
Cindy terdiam sambil menangis
sekencang-kencangnya mengenang ibunya. Ia merenungi segala perbuatannya hingga
ia menyesal dan ia ingin berbuat baik untuk menebus segala kesalahannya.
Kemudian Cindy kembali ke rumah dan
melihat ayahnya sedang duduk sambil tertawa sendiri. Ayah Cindy menjadi tidak
waras akibat perbuatan yang ia lakukan semenjak Cindy dan Ibunya pergi. Cindy
pun menangisi keadaan ayahnya dan berjanji akan menjaga ayahnya walau ayahnya
tidak lagi sehat seperti sebelumnya.
SELESAI
Yups, itulah karya kami... Thanks yaa udah baca, semoga bermanfaat!!
No! Jangan disalahgunakan yaa guys :)
Hay tayo
BalasHapus
HapusDia bis besar goblok